Pembangunan Proyek RTS Singapura-Malaysia Ditangguhkan, Ini Penyebabnya

Pembangunan Proyek RTS Singapura-Malaysia Ditangguhkan, Ini Penyebabnya
CELOTEHRIAU. COM Singapura dan Malaysia akhirnya sepakat untuk menangguhkan pembangunan proyek kereta api Rapid Transit System (RTS), bernilai miliaran dolar Amerika Serikat (AS) yang semula akan menghubungkan Kota Singapura dan Johor, Malaysia selatan.

Kesepakatan itu diperoleh dari pertemuan antara Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke dan Menteri Transportasi Singapura Khaw Boon Wan di Singapura, Selasa (21/5/2019).

Penangguhan proyek tersebut menandai bagian dari penundaan proyek-proyek infrastruktur Malaysia sejak pemerintah baru yang dipimpin Mahathir Mohamad berkuasa pada 2018 lalu. Dalam pidatonya, Mahathir berkomitmen untuk memperketat keuangan dan meninjau kesepakatan-kesepakatan besar yang sedang berjalan.

Dalam sebuah pernyataan bersama, kedua menteri mengumumkan bahwa penundaan pembangunan proyek akan berlangsung sampai 30 September 2019. Nantinya, Malaysia akan membayar kompensasi kepada Singapura sebagai ganti rugi atas kegagalan proyek tersebut.

"Jika pada 30 September 2019, Malaysia tidak melanjutkan Proyek RTS, Malaysia juga akan menanggung biaya yang disepakati oleh Singapura," ungkap Khaw Boon Wan dan Anthony Loke.

Dengan sistem transit, kereta api tersebut dijadwalkan beroperasi pada 2026. RTS dirancang untuk mengangkut hingga 10 ribu penumpang per jam untuk sekali tujuan. Angka itu 30 kali lebih banyak dari layanan kereta api yang ada saat ini.

Proyek ini diperkirakan menelan biaya sekitar US$1 miliar. Selama ini, ribuan warga Malaysia bepergian bolak-balik ke Singapura. Meski negara kecil, banyak warga negara asing berminat ke Singapura untuk bekerja dan sekolah.

"Ini tidak berarti bahwa kami mengakhiri proyek. Kami hanya ingin mengevaluasi kembali sehingga proyek ini dapat dilaksanakan lebih efektif," kata Loke.

Tahun lalu, negara-negara tetangga juga menangguhkan proyek kereta api berkecepatan tinggi yang menghubungkan Singapura ke ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, yang diperkirakan oleh para analis menelan biaya mencapai US$17 miliar.
 

Berita Lainnya

Index