BRI Akan Utang Rp 14T dengan Bunga 1,9 Persen dari Bank Asing

BRI Akan Utang Rp 14T dengan Bunga 1,9 Persen dari Bank Asing

CELOTEHRIAU.COM--PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI akan menghimpun utang luar negeri US$1 miliar atau setara Rp14 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS). Utang akan ditarik sebagai bantalan jika mereka tak mendapat bantuan likuiditas dari pemerintah.

Direktur Utama BRI Sunarso menyebut pihaknya telah ditawari utang oleh 13 bank asing. Utang tersebut sudah siap cair dengan bunga 1,9 persen.

"Kalau (BRI) tidak dapat bantuan likuiditas karena enggak memenuhi syarat layak dibantu, saya bikin utang ke luar negeri, 13 bank sudah komit untuk membantu BRI US$1 miliar. Ini bisa tarik kapan saja dengan suku bunga dalam dolar 1,9 persen, itu yang akan dijadikan cadangan," katanya lewat video conference pada Selasa (16/6).

Utang tersebut dinilainya penting demi memastikan ekspansi perseroan yang berdampak langsung kepada penyaluran kredit pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM). Apalagi sebagai BUMN yang mendapat mandat memberi restrukturisasi kredit kepada pelaku usaha.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan menyebut pihaknya siap mendukung likuiditas bank yang memberikan restrukturisasi atau keringanan kredit kepada nasabah UMKM terdampak virus corona.

Namun, tidak sembarang bank bisa mendapatkan dana pemerintah. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 yang mengatur kebijakan pemulihan ekonomi, disebutkan bahwa penempatan dana dilakukan pada bank peserta yang sesuai kriteria Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64 Tahun 2020.

Bank peserta harus terlebih dahulu memaksimalkan sumber likuiditasnya di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan Repo BI. Kalau hal itu dilakukan, namun posisi Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) turun hingga batas minimal 6 persen dan bank masih dalam kondisi sehat, maka mereka boleh mengajukan penempatan dana pemerintah.

Sunarso pesimis akan menerima bantuan likuiditas. Pasalnya, untuk bank raksasa seperti BRI yang memiliki aset sebesar Rp1.400 triliun, akan sulit bagi pihaknya menyentuh kekeringan likuiditas secondary reserve hingga 6 persen.

"Sebagai seorang dirut apa akan tega membiarkan bank sistemik menyisakan secondary reserve 6 persen? Pasti jantung saya engga kuat dan harus menjaga di atas 6 persen akibatnya kami tidak akan dapat likuiditas itu," jelasnya.

Ia menambahkan, dari 11,7 juta debitur Bank Himbara yang memerlukan restrukturisasi, ada 9,6 juta yang merupakan nasabah BRI. Dalam menyalurkan fasilitas restrukturisasi, likuiditas perbankan diakuinya terganggu akibat penundaan penerimaan kredit pinjaman. 

Tercatat hingga 31 Maret 2020, realisasi restrukturisasi kredit telah diberikan kepada 2,63 juta nasabah dengan total baki debet sebesar Rp160,5 triliun. 1,28 juta di anataranya merupakan nasabah usaha mikro, nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebanyak 1,23 juta dan diikuti oleh pelaku ritel sebanyak 90,6 ribu nasabah.

Berita Lainnya

Index