Lima Penyerang Hebat yang Pernah Dimiliki PSPS, Ada Nama Riki Dwi Saputro

Lima Penyerang Hebat yang Pernah Dimiliki PSPS, Ada Nama Riki Dwi Saputro
Dari Atas Miskardi, Kurniawan DJ, Riki Siswi Saputro dan duet Dzumafo dan Muhammad Isnaini.(celotehriau.com)

CELOTEHRIAU.COM -- PSPS Pekanbaru atau yang sekarang dikenal PSPS Riau merupakan klub kebanggaan masyarakat Riau yang sempat menjadi berita sensasional di jagat sepakbola nasional.

Kenapa? Ya tim yang berdiri pada 1 Januari 1955 ini pernah merasakan pahit getir dilapangan hijau.Dari tim semenjana , dream team dan akhirnya kembali berlaga di kompetisi kasta kedua Liga Indonesia.

Tapi, tahukah PSPS Lovers, bahwa PSPS pernah menembus kasta tertinggi sepak bola Indonesia pada musim 1999/2000 saat dilatih legenda Persija Sofyan Hadi  atau semusim usai pertama kalinya meraih juara di Divisi I (Liga 2) Liga Indonesia 1998/1999

Ya, meski mengalami pasang surut prestasi, namun PSPS tetap disegani karena memiliki penyerang-penyerang mempuni. Mulai dari era Divisi II sampai tahun 2019, tercatat ada nama Edi Ben Carlov, Miskardi, Kurniawan Dwi Yulianto sampai duet  maut era Indonesia Super League, Muhammad Isnaini dan Dzumafo Herman Efandi, Riki Dwi Saputro.

1. Herman Dzumafo Efandi

Ia menjadi yang teratas patut dikemukakan. Pria kelahiran Douala, Kamerun, 21 Februari 1980 merupakan pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah PSPS, yakni 55 gol.

Pemain berumur 40 tahun merupakan pemain yang sudah pindah kewarganegaraan menjadi WNI .

Suami dari Maria Magdalena ini menjadi duet maut PSPS striker lokal PSPS Muhammad Isnaini era kepelatihan H Abdul Rahman Gurning.

Nomor punggung 99 adalah identitas Dzumafo.Pemain bertubuh jangkung ini selama lima musim menjadi kekuatan yang menakutkan lawan-lawannya.

Selama memperkuat PSPS  musim 20072012   tercatat 111 laga dimainkannya dann 55 gol dicetak baik dari kaki kanan, kiri ataupun kepalanya. Selanjutnya, pemain yang tetap mengenakan Jersey nomor 99 dimana pun berada, memperkuat Arema Indonesia (ISL), cuma 17kali tampil dengan torehan 6 gol.

Semusim kemudian ia hijarh ke Persib Bandung tahun 2012-2013. Tercatat tampil 16 kali dengan capaian 6 gol.

Ia hanya bertahan semusim kemudaian kembali ke tanah Sumatera memperkuat Sriwijaya FC dengan 7 gol dari 16 penampilannya. Dan Mitra Kukar menjadi petualangan selanjutnya, sayang ia hanya setengah musim dan cuma tampil dua kali dengan torehan dua gol dan hijarah ke Persegres Gresik United Tahun 2016 hijrah ke Persela Lamongan.Dari 8 penampilan ianmencetak 4 gol.

Tahun 2017, Dzumafo Herman Efandi kembali ke PSPS untuk membantu Askar Bertuah besutan Philep Hansen berlaga dibabak 8 besar.

Dan sekarang mantan pemain Kamerun U 20 ini memperkuat tim Liga 1 Bhayangkara FC.

2.Muhammad Isnaini

Penyerang kelahiran Pekanbaru, 10 September 1981 merupakan duet maut Dzumafo di Indonesia Super League 2011.

Pemain jebolan Riau Pos FC ini berhasil melesakkan 15 gol selisih tiga gol dari tandemnya Dzumafo.

Torehan jumlah golnya inilah yang membuat pemain yang berstatus anggota kepolisian ini menjadi satu-satunya pemain PSPS Pekanbaru yang  dipanggil untuk mengikuti seleksi timnas merah putih untuk wilayah barat yang digelar di Jakarta.

Cuma usai, 2012 grafik permainannya menurun.Dan tahun 2014 sempat berkarir menjadi pelatih sepakbola diajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Riau di Rengat Indragiri Hulu.

3.Kurniawan Dwi Yulianto

Pemain jebolan Primavera ini merupakan salahsatu bagian dari dream team PSPS tahun 2003 bersama Bima Sakti, Aples Gideon Tecuari, Sugiantoro, Hendro Kartiko, Slamet Riadi, Edu Juanda, Eko Purjianto.

Pemain berjuluk si Kurus ini adalah idola suporter PSPS kala itu,  Askar Theking. Pemain yang lahir di Magelang 13 Juli 1976 ini, sekarang berkarier sebagai pelatih di klub Liga Malaysia Sabah FC.

Pemain yang memiliki lari bak kijang ini bukan saja legenda PSPS tapi juga penyerang legenda timnas Indonesia.

Tahun 1993 Kurniawan masuk dalam timnas Primavera besutan Romano Matte dan Danurwindo. Penampilannya yang ciamik membuat  Sampdoria sempat merekrutnya.

Kemudian tahun 1995, ia merumput di FC Luzern.Kurniawan tampil 8 kali tanpa gol.Dua tahun berguru di Eropa , selama 1995-1999 ia memperkuat Pelita Bakrie dengan 27 gol dari 70 penampilan.

Selanjutnya petualangannya selamatahun 1999-2001 di PSM Makassar.Di klub berjuluk Ayam Jantan Dari Timur ini ia mampu melesakkan 17 gol dari 50 penampilannya.

Nah tahun 2001-2003 ia menjadi bagian dari dream team PSPS Pekanbaru. Cuma bertahan dua musim ia melanjutkan kariernya ke klub besar era perserikatan Persebaya dan Persija dan sempat keluar negeri membela Sarawak FA, lalu PSS Sleman, Persitara North Jakarta, Persisam Putra Samarinda, Persela Lamongan, Tangerang Wolves, Pro Duta FC dan terakhir 2013 di Persipon Pontianak menjadi akhir petualangan si kurus.

Gantung sepatu sebagai pemain, karier pemilik 59 caps dan 33 gol di timnas Indonesia  berlanjut menjadi pelatih.

Tahun 2018 menjadi asisten pelatih timnas Indonesia dan 2019 asisten pelatih timnas Indonesia U-23 dan 2020 menjadi pelatih Sabah FC.

4. Miskardi

Pemain kelahiran, Kari, Taluk Kuantan 19 September  1971 ini merupakan bagian dari sejarah PSPS juara Divisi I Liga Indonesia.

Diera kepemimpinan Gubernur Riau H Saleh Yasit, suaminYesi Oktazia
menjadi striker yang ditakuti pemain belakang lawan.Larinya yang kencang  dan pergerakannya sering memudahkan rekannya Kamaruddin Betay mencari celah mencetak gol.

Kini ayah dari Nabil Azura, M. Zidane Qahtani, Qotrunnada Zahira, M. Syamil Hamzaqi dan Arkan ini tunak menggeluti dunia kepelatihan.

Alumni S1 FKIP UNRI merupakan Pemiliki sertifikat kepelatihan,  B AFC 2019 dan pernah mengikuti  Coaching Clinic Pembinaan Usia Dini di Barcelona 2010.

Sebagai pelatih, Miskardi sudah berhasil mencetak sejarah emas sepakbola di pentas pelajar.Juara Popwil (Pekan Olahraga Pelajar Wilayah)  Sumatera tahun 2014 dan peringkat ketiga pada gelaran Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2015.

Pegawai Dispora Kota Pekanbaru ini meretas karirnya dari PS Persiks Kuansing, PS UNRI, Persires Rengat, PSPS Pekanbaru ini memulai debut kepelatihannya di klub lokal Riau Pos FC, kemudian
Persemai Dumai(2003), lalu PSPS Divisi  Utama Asisten Pelatih 2004-2006, pelatih kepala PSPS Divisi I. Lalu PS Pelalawan Divisi  II  2009, PSPS U21 2010-2011, Persiks Kuansing 2012-2014, Pelatih PPLP Riau 2012 sd 2019.Dan tahun 2020 ini tercatat sebagai salahsatu  pelatih di Persija Jakarta Development.

5.Riki Dwi Saputro

Dua gol Riki Dwi Saputro menit ke 72 dan 89  bersama Firman Septian menit ke 60 pada laga grup A babak 16 besar Liga 2 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Senin (2/10/2017) lalu adalah momen yang selalu diingat seluruh suporter PSPS Riau Curva Nord1955 dan Asykar Theking.

Ya, dua Riki Dwi Saputro itu membalikkan keadaan.PSPS menang 2-3 atas PSPS Sleman yang sempat leading lewat gol Imam Bagus menit 36  dan Dirga Lasut menit 54.

Meski masih aktif bermain, jebolan tim sepakbola Porwil 2015 di Bangka Belitung ini bakal tercatat dalam sejarah perjalanan PSPS Riau.

Penyerang yang memilki julukan si Ceking ini adalah pemain asli Riau kelahiran, Bengkalis 25 Februari 1995.

Tercatat sejak tampil apik di babak 16 besar, Riki Dwi Saputro tetap menjadi andalan pelatih, baik di era Philep Hansen Maramis, Hendri Susilo dan duet Raja Isa dan Raja Faisal.

Ya, pemain bertubuh jangkung ini memang tidak bisa diremehkan lawan, pergerakan dan liukan mautnya kerap memberikan ruang kepada rekannya.Diusianya yang terbilang muda, ia diprediksi bakal terus mencetak sejarah bagi perjalanan kariernya di jagat sepakbola nasional.

#sepakbola

Index

Berita Lainnya

Index