Inggris Sebut Bakal Longgarkan Lockdown Bertahap

Inggris Sebut Bakal Longgarkan Lockdown Bertahap

CELOTEH RIAU.COM--- Pemerintah Inggris menyebut kemungkinan pelonggaran lockdownbertahap. Pasalnya, jumlah kematian Covid-19 akibat infeksi virus corona di negara itu masih tinggi.

Perdana Menteri Boris Johnson menyebut akan mengungkap rencana pemerintah itu dalam beberapa hari mendatang ketika negara itu sudah melewati puncak penularan Covid-19.

Berdasarkan catatan terbaru, 28.446 orang positif Covid-19 telah meninggal. Angka ini naik 315 kasus pada Sabtu (2/5) dan membuat Inggris menjadi negara yang paling parah terkena dampak corona di Eropa setelah Italia. Jumlah kasus positif Inggris naik sejumlah 4.339 kasus dengan total 186.599.

Johnson sendiri sempat dirawat tiga malam di ruang perawatan intensif setelah terdeteksi positif Covid-19. Dalam sebuah wawancara surat kabar, ia menyebut pemerintah telah menyiapkan rencana jika ia meninggal.

"Itu adalah momen yang sulit, saya tidak akan menyangkalnya," katanya kepada The Sun, Minggu (4/5). "Mereka memiliki strategi untuk menghadapi skenario tipe 'kematian Stalin'," tambahnya.

Menteri senior Michael Gove mengatakan kemungkinan akan ada penerapan beberapa batasan ketika pembatasan dikurangi hingga vaksin ditemukan. Ia pun menyebut kalau suasana normal yang sebelumnya dirasakan bakal tidak akan kembali secepat itu.

Laporan surat kabar Weekend menyebut, kemungkinan sekolah dasar akan dibuka kembali pada awal Juni. Sementara di lokasi transportasi umum, akan dilakukan pemeriksaan suhu penumpang.

Bagi mereka yang bepergian ke Inggris, pemerintah pun tengah memperhitungkan soal periode karantina terlebih dulu, seperti diungkap Menteri Transportasi Grant Shapps.

Pemerintah Inggris juga telah menyiapkan pelacakan kontak menggunakan aplikasi smartphone. Aplikasi ini bisa digunakan untuk mengecek siapa sempat kontak dengan siapa. Sehingga, pemerintah bisa memetakan potensi penularan dan mencegah wabah gelombang kedua.

Inggris mulai memerintahkan semua toko dan layanan yang tidak penting ditutup pada 23 Maret. Pemerintah juga meminta warga untuk tinggal di rumah kecuali untuk keperluan berbelanja bahan makanan, obat-obatan, dan berolahraga sekali sehari.

Bank of England telah memperingatkan kalau langkah ini dapat menyebabkan resesi ekonomi terburuk dalam beberapa abad. Tetapi sebuah jajak pendapat Opinium untuk surat kabar mingguan Observer menunjukkan dukungan publik untuk melanjutkan pembatasan.

 

Berita Lainnya

Index