Corona, BI Catat Transaksi Tunai Masayarakat Menurun 39 Persen

Corona, BI Catat Transaksi Tunai Masayarakat Menurun 39 Persen

CELOTEH RIAU.COM-- Bank Indonesia (BI) menyebutkan ada peralihan transaksi masyarakat dari tunai dan elektronik melalui mesin pencatat data (EDC) ke pembayaran digital pada April 2020. Alhasil, aliran kas keluar (outflow) bank pun turun 39 persen dari Rp59,03 triliun pada Maret 2020 menjadi hanya Rp35,63 triliun pada April 2020.

Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mensinyalir peralihan transaksi ke pembayaran digital karena terbatasnya mobilitas masyarakat di tengah pandemi virus corona dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sementara, outflow non-bank turun dari Rp9,27 triliun menjadi Rp8,93 triliun pada periode yang sama. Begitu pula aliran kas masuk (inflow) bank turun dari Rp38,5 triliun menjadi Rp36,54 triliun dan inflow non-bank turun dari Rp2,48 triliun menjadi Rp1,85 triliun.

"Secara tahun berjalan, outflow turun 5,2 persen, inflow turun 1,7 persen sampai dengan 28 April 2020. Bahkan, saat bulan puasa yang umumnya kebutuhan uang tunai meningkat, tahun ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya," tutur Filianingsih, Kamis (30/4).

Begitu pula dengan transaksi EDC melalui skema Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Tercatat, rata-rata transaksi EDC minus 7,1 persen menjadi Rp291 miliar pada Februari 2020.

Lalu, turun 20,7 persen menjadi Rp231 miliar pada Maret 2020 dan anjlok 45,5 persen menjadi Rp125 miliar pada April 2020. Begitu pula, dengan volume dan nominal transaksi kartu debet yang ikut turun.

"Penurunan drastis transaksi di EDC dimulai sejak diumumkannya kebijakan belajar dari rumah pada 16 Maret 2020 yang diikuti kebijakan work from home oleh instansi pemerintah dan swasta," ucapnya.

Filianingsih mengatakan transaksi tunai dan EDC masyarakat kini beralih ke pembayaran digital. Hal ini tercermin dari peningkatan volume dan nominal transaksi di QRIS.

Tercatat ada 2,2 juta transaksi QRIS pada Maret 2020 atau naik 130 persen dari Februari 2020. Total nominal mencapai Rp75,1 miliar dengan rata-rata sebesar Rp34.177 per transaksi.

"Ada perubahan behavior masyarakat dalam memilih media pembayaran yang shifting (beralih) ke (pembayaran digital) digital payment, seperti penggunaan QRIS yang meningkat," jelasnya.

Filianingsih mengatakan mayoritas transaksi digital digunakan untuk pembayaran kebutuhan belanja di e-commerce dengan nominal mencapai Rp27,3 triliun pada Maret 2020. Nominal transaksi digital untuk e-commerce naik 9,9 persen dari bulan sebelumnya.

Begitu pula dengan volume yang mencapai 98,3 juta atau naik 18,1 persen pada periode yang sama. Selain karena PSBB di tengah pandemi corona, ia mengatakan hal ini juga terjadi karena ada kebijakan integrasi pasar tradisional dan e-commerce, termasuk untuk penyaluran bantuan sosial (bansos).

"Transaksi makanan dan minuman mencapai 59 persen, sekolah 34 persen, personal care, seperti hand sanitizer, masker 29 persen," tuturnya.

Ia menilai peralihan transaksi tunai dan EDC ke digital akan terus meningkat ke depan selama masa pandemi corona belum berakhir. Bahkan, bukan tak mungkin kebiasaan transaksi ini membuat masyarakat akan keterusan.

"Kami melihat akan ada new normal dari kebiasaan transaksi masyarakat, di mana digital jadi sangat pesat. Kami melihat selesai covid-19 bukan berarti transaksi digital berhenti, justru meningkat lagi, outlook-nya sampai 2023 pertumbuhan mencapai 17 persen," pungkasnya.

#nasional

Index

Berita Lainnya

Index