Coba Masuki Gaza, Pasukan Israel Kocar-Kacir Disergap Hamas

Coba Masuki Gaza, Pasukan Israel Kocar-Kacir Disergap Hamas
Seorang tentara Israel keliru mengira dia mendengar sirene serangan udara dan melompat ke tanah untuk berlindung di Kibbutz Beeri, Israel, Rabu, 11 Oktober 2023. | AP Photo/Ohad Zwigenberg

CELOTEHRIAU - Untuk pertama kalinya sejak serangan Badai Al-Aqsa oleh Hamas dan pembalasan brutal Israel pada 7 Oktober lalu, pasukan Brigade Al-Qassam dan tentara Israel berhadap-hadapan dalam perang darat pada Ahad (22/10/2023). Hamas mengeklaim mereka berhasil membuat kocar-kacir pasukan Israel yang mencoba memasuki Gaza.

Pernyataan dari Brigade Al-Qassam yang merupakan sayap militer Hamas mengeklaim bahwa bentrokan dengan pasukan Zionis terjadi di bagian timur wilayah Khan Younis di Gaza.

“Para pejuang melawan pasukan lapis baja Israel dalam penyergapan yang telah dipersiapkan dengan baik di sebelah timur Khan Yunis, hanya beberapa saat setelah mereka melintasi perbatasan beberapa meter,” bunyi pernyataan Brigade Al-Qassam dalam pernyataan di aplikasi pesan Telegram, kemarin.

"Para pejuang dengan berani menghadapi pasukan penyusup… dan mereka kembali ke pangkalan mereka dengan selamat,” pernyataan itu lebih lanjut menyatakan. Hamas mengatakan para pejuangnya menghancurkan dua buldoser militer Israel dan sebuah tank dalam penyergapan itu menggunakan peluru kendali antitank.

Serangan mendadak itu memaksa pasukan Israel mundur ke Israel tanpa kendaraan mereka. “Tentara pasukan Zionis yang terlibat dalam penyergapan Khan Younis meninggalkan kendaraan mereka dan melarikan diri ke timur pagar dengan berjalan kaki,” kata Brigade Al-Qassam di media sosial.

Pasukan Pertahanan Israel hanya mengatakan bahwa tembakan dilepaskan ke arah tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang beroperasi di sebelah barat pagar keamanan Jalur Gaza, di daerah Kissufim.

“Sebuah tank IDF menyerang sel teroris yang menembaki tentara tersebut,” tulis IDF dalam pernyataannya. Kibbutz Kissufim, di Israel, terletak di sebelah timur Khan Younis, di Gaza.

IDF mengkonfirmasi kepada CNN melalui telepon bahwa pasukannya telah beroperasi di Gaza selama insiden tersebut. Ini bukan pertama kalinya IDF mengatakan pihaknya beroperasi di dalam Gaza sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Pada 13 Oktober, IDF mengatakan pihaknya telah melakukan serangan di dalam Gaza dalam 24 jam sebelumnya, namun tidak menyebutkan adanya bentrokan terjadi.

Media Israel Kan melaporkan bahwa ada korban di pihak Israel dalam serangan itu. Sementara Hamas belum melansir korban dari pihak mereka.

Pasukan Israel juga dilaporkan berusaha masuk ke Jalur Gaza guna memperbaiki pagar pemisah antara Gaza dan Israel. Setelah mereka memasuki Jalur Gaza, mereka jatuh ke dalam perangkap yang dibuat oleh pejuang Palestina. Israel kewalahan menghadapi serangan tersebut dan akhirnya kembali ke wilayah Israel.

Serangan kemarin mencerminkan tantangan berat yang bakal dihadapi Israel saat melancarkan serangan darat ke Gaza. IDF telah bersiap melakukan serangan darat di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Sebelumnya dilaporkan bahwa Israel berencana melangsungkan serangan darat sepekan lalu, namun hingga saat ini masih ditunda.

Menurut the New York Times, rencana serangan pasukan darat Israel ke Gaza yang pertama digagalkan oleh cuaca mendung. Hal ini akan menyulitkan pilot dan operator drone untuk menyediakan perlindungan udara bagi pasukan darat.

Israel telah memberikan peringatan kepada warga Gaza untuk mengungsi ke wilayah selatan pada Sabtu (15/10/2023). Perintah evakuasi ini merupakan bagian dari rencana serangan darat Israel untuk menghancurkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Menurut the New York Times, potensi serangan darat besar-besaran sangatlah kompleks, ditambah dengan fakta bahwa Hamas diyakini menyandera banyak warga Israel di bunker dan terowongan bawah tanah mereka. Terowongan labirin Hamas di bawah Gaza menimbulkan tantangan besar bagi pasukan Israel.

Para ahli memperingatkan, Israel akan kehilangan keunggulan daya tembaknya dan terpaksa menghadapi musuh dalam pertempuran jarak dekat jika serangan darat dilancarkan. Gaza, daerah padat penduduk dengan jaringan terowongan yang rumit merupakan faktor kunci yang menakutkan bagi Israel.

Seorang juru bicara militer Israel baru-baru ini menyatakan bahwa mereka akan menyerang bagian dari jaringan terowongan Hamas. Namun, ia mengakui serangan darat akan menjadi pertempuran yang sangat melelahkan.

Time of Israel melansir pernyataan Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang mengatakan serangan darat Israel di Jalur Gaza mungkin akan berlangsung selama tiga bulan. “Ini harus menjadi manuver [darat] terakhir di Gaza, karena alasan sederhana bahwa setelah itu tidak akan ada lagi Hamas,” kata Gallant di pusat komando Angkatan Udara Israel di Tel Aviv, kemarin. “Sebelum musuh bertemu dengan pasukan lapis baja dan infanteri, musuh akan menghadapi bom dari Angkatan Udara,” ia melanjutkan.

Pihak Hamas menekankan bahwa mereka siap menghadapi kemungkinan serangan darat Israel. “Kami tidak takut. Kami adalah orang-orang yang kuat. Kami memiliki tekad yang kuat untuk melanjutkan. Kami punya banyak pejuang dan banyak orang yang ingin mendukung kami,” kata Ghazi Hamad, anggota biro politik Hamas kepada Aljazirah, Kamis (12/10/2023).

“Bahkan orang-orang di perbatasan Yordania, Lebanon, dan di mana pun, mereka ingin datang ke sini dan berperang untuk kami. Gaza bukanlah sebuah taman dan serangan darat akan sangat merugikan mereka,” Hamad memperingatkan.

'Salah Tembak'

Sementara itu, ledakan dan suara ambulans terdengar di dekat penyeberangan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza pada Ahad sore, kata para saksi mata menurut kantor berita Reuters. Laporan ledakan datang tak lama setelah konvoi bantuan kedua memasuki persimpangan dari sisi Mesir.

Menurut tentara Israel, “sebuah tank tentara secara tidak sengaja menembak dan menghantam pos penjagaan Mesir di dekat perbatasan… insiden tersebut sedang diselidiki dan rinciannya sedang ditinjau,” kata mereka dalam sebuah pernyataan yang diposting di platform media sosial X.

Sejak dimulainya perang pada tanggal 7 Oktober, Israel telah mengebom penyeberangan Rafah sebanyak empat kali, menyebabkan kerusakan yang meluas.

Middle East Eye mengutip Hossam Bahgat, direktur eksekutif Inisiatif Mesir untuk Hak Sipil (EIPR), menyatakan dua warga Mesir terluka dalam serangan itu, dan sebuah menara pengawas Mesir juga hancur.

Berita Lainnya

Index