Terlalu Percaya Google Maps, Turis Ini Nyasar ke Sarang Penyamun

Terlalu Percaya Google Maps, Turis Ini Nyasar ke Sarang Penyamun

CELOTEHRIAU - Turis asal Amerika apes setelah ditembak dan dirampok di Afrika Selatan. Ia menuntut Google karena telah menyesatkannya.

Melansir Stuff.co.nz, Kamis (7/3/2024), pelancong itu adalah Walter Fischel. Dia kehilangan barang-barang dan mobil sewaan saat berjalan-jalan di sekitar Cape Town, Afrika Selatan.

Di hari nahas itu, dia diarahkan ke jalan pintas yang apesnya merupakan daerah yang identik dengan kriminalitas, Nyanga.

Nyanga berada di dekat bandara, tetapi cukup horor. Bahkan, pernah dicap sebagai 'ibu kota pembunuhan' di Afika Selatan.

Fischel adalah salah satu dari beberapa turis yang diserang di Nyanga tahun lalu. Turis-turis itu sama-sama mengikuti navigasi dari Google Maps.

Kasus lain yang lebih mengerikan juga pernah terjadi. Yakni, seorang ahli bedah ortopedi asal Inggris, Kar Hao Teoh, ditembak mati pada Agustus lalu di Nyanga. Itu setelah GPS-nya mengarahkannya keluar dari jalan tol N2.

Rentetan insiden tahun lalu membuat Kementerian Luar Negeri dan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memperbarui saran perjalanan dan memperingatkan pelancong tidak mengambil jalan pintas atau jalan-jalan kecil.

Di sisi lain, Google disebut telah menghapus Nyanga dari jalan pintas pada November lalu. Itu setelah adanya pembicaraan dengan otoritas pariwisata Afrika Selatan.

"Kami telah memperbarui Google Maps dan menyediakan rute alternatif bagi pengguna kami yang berkendara melewati persimpangan Nyanga. Rute baru ini menjauhkan pengguna dari area yang dilaporkan pihak berwenang sebagai titik rawan kejahatan dan memastikan bahwa mereka sampai ke tempat tujuan dengan aman," ujar juru bicara Google kepada The Telegraph pada Desember lalu.

Namun demikian, Fischel mengaku ia tetap diarahkan ke Nyang kendati rute tersebut katanya telah dihapuskan.

"Sebelum saya datang ke Cape Town, Google Maps telah mengetahui bahwa Nyanga adalah daerah yang bermasalah, namun tetap dimasukkan ke dalam peta rute," kata Fischel kepada News24.

"Mengapa mereka tidak menghapusnya sejak lama, saya tidak mengerti. Mereka telah menyebabkan kerusakan besar pada kesehatan mental dan proses penyembuhan saya," dia menambahkan.

Tak hanya Fischel, pasangan Amerika lainnya juga dilaporkan menggugat Google setelah dirampok di Nyanga pada Oktober lalu. Jason dan Katharine Zoladz dari Los Angeles ditinggalkan dalam ketakutan dan berlumuran darah. Itu setelah penyerang melemparkan lempengan batu melalui jendela samping mereka dan mematahkan rahang Zoladz.

Kasus mereka yang diajukan pada bulan Januari di Pengadilan Tinggi Santa Clara County di California menuduh bahwa sekelompok perampok menunggu turis yang bepergian dengan mobil sewaan dan menyerang mobil dengan batu bata atau batu besar melalui jendela. Mereka juga disebut menyerang turis dan mencuri barang berharga.

Berita Lainnya

Index