Bandang yang Diundang, 122 Rumah Rusak Lima Orang Hilang, Salah Siapa?

Bandang yang Diundang, 122 Rumah Rusak Lima Orang Hilang, Salah Siapa?
Foto jepretan Adv Sutan Parlaungan Harahap

CELOTEHRIAU.COM (LABUHAN BATU)--Aktivitas perambahan hutan di hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) mengakibatkan banjir bandang menyapu bersih Dusun Siria-ria, Desa Pematang, Kecamatan Nasambilan-Nasapuluh, Sabtu (28/12/2019) sekira pukul 22.30 WIB. Lima warga dikabarkan hilang meski kini sudah ada yang ditemukan. 

Tak hanya korban nyawa, 122 rumah warga rusak berat dan fasilitas umum lainnya terputus. PT Labuhanbatu Indah (LBI) harus bertanggungjawab atas musibah bandang yang sengaja diundang ini. Mereka babat habis Hutan Hatapang meski mengantongi izin dengan beralihfungsinya rimba menjadi perkebunan kelapa sawit. 

Dengan mengantongi syarat dan izin dari pemerintah, aktivitas mereka berlangsung cukup lama. Izin koridor sepanjang 7.289 meter dan Izin Pengolahan Kayu (IPK) seluas 150 Ha menjadi dasar kuat PT LBI membabat surga alam Hatapang. Kalau sudah begini, siapa yang bertanggungjawab? 

Apakah masalah perenggutan nyawa manusia dan harta benda mereka serta fasilitas umum lainnya harus dipikul Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labura saja? Segera turun gununglah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya Bakar. Jangan percayakan begitu saja persoalan ini kepada Gubernur Sumatera Utara, Eddy Rahmayadi, apalagi Bupati Labura, Kharuddin Syah, jika ingin diagungkan rakyat Indonesia. 

Sebab, aktivitas PT LBI bukan hanya peramban hutan saja. Malahan semakin jauh melakukan pembakaran hutan yang jelas-jelas tidak hanya berdampak pada manusia saja melainkan seluruh habitat hutan. Masih ingatkan ibu Menteri LHK tentang kasus tewasnya harimau yang terpaksa dihabisi nyawanya oleh warga akibat turun ke pemukiman sebab mengancam keselamatan penduduk. 

Jangan hanya nonton ibu yang mengaku selalu cinta hutan dan alam serta lingkungan hidup kalau persoalan ini tidak menjadi daftar teratas untuk diselesaikan. Jangan hanya persoalan perambahan hutan milik perusahaan raksasa finansial di Provinsi Riau dan provinsi lainnya saja yang ibu usik jika tidak ingin dianggap klasik. 

Bukan kami tidak percaya dengan Gubernur Sumut, Eddy Rahmayadi, Kapolda Sumut, Irjen Martuani Sormin, apalagi Kapolres Labuhanbatu, AKBP Agus Darajot, serta Bupati Labura, Kharuddin Syah. Masalah perambahan hutan ini sudah berlangsung sejak lama ibu menteri yang hingga kini masih dipercaya Jokowi sampai dua periode. 

Jangan renggut kepercayaan kami sebagai rakyat yang masih cinta NKRI jika ibu tidak segera turun menuntaskan persoalan bandang yang diundang ini. Bayangkan ibu, suara sumbang dari pecinta hutan Hatapang, Damean Sipahutar sempat ditangkap Polres Labuhanbatu dengan tuduhan melawan hukum padahal beliau memperjuangkan alam dengan tangan rapuhnya. 

Pasca bandang yang diundang itu, semua mata tertuju pada desa yang sebelumnya tidak begitu dikenal. Kini, semua bahu membahu turun demi membantu. Apakah masalah kemanusiaan ini selesai sampai disini saja? Tidak. Masih banyak persoalan rumit lainnya yang harus ibu Menteri selesaikan. 

Pandanglah dari sisi kemanusiaan. Mereka butuh sentuhan ibu Menteri. Apa ibu tidak malu rakyat Labura dan Labuhanbatu serta Labuhanbatu Selatan harus bahu membahu turun ke jalan mengumpulkan donasi demi memberi pasokan sembako buat korban. Kini, para korban tidak tahu harus tinggal dimana pasca bandang ini karena ratusan rumah mereka rusak berat. 

Anak-anak sekolah meski libur semester juga tidak tahu akan nasibnya ke depan. Pelayanan pemerintahan juga demikian  masih terfokus pada pelayanan nyata penyelamatan manusia tertindas.

Sementara, ibu Menteri dan pejabat negara lainnya di istana negara kini tengah bersorak sorai menyambut detik-detik pergantian tahun 2019 menuju 2020. Ibu Menteri yang terhormat. Apakah tidak wajar mereka sebagai korban menuntut ibu untuk memberikan sentuhan. Mereka manusia, ibu! 

Sebagai penulis, saya saja merasa malu dengan para aktivis baik lingkungan, hukum, sosial, atau malahan warga yang merasa ikut terpanggil jiwanya meringankan beban para korban. Mereka turun tanpa imbalan bahkan harus merogoh koceknya padahal jalan menuju kesana terputus untuk kendaraan. 

Terima kasih para pejuang kemanusiaan. Kalian benar-benar manusia. Biar sejarah mencatat pengabdian kalian ditengah krisis kemanusiaan yang tengah kita hadapi saat ini. **

 

#Sumatera Utara

Index

Berita Lainnya

Index