Dispora Pekanbaru Ajak Anggota Paskibra 2022 Berwisata Sejarah

Dispora Pekanbaru Ajak Anggota Paskibra 2022 Berwisata Sejarah

PEKANBARU - Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru melalui Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Pekanbaru mengajak seluruh pasukan pengibar bendera (paskibra), yang berjumlah 40 orang mengunjungi sejumlah tempat bersejarah untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme, Selasa (16/8). Acara tersebut diikuti oleh Sekretaris Dispora Kota Pekanbaru Hadi Firmansyah, S.Ag, M.Si, Kabid Layanan Kepemudaan Muh. Genta Bawana Mazda, SE, Adyatama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Desman, ST, Komunitas Jejak Sejarah Pariwisata Dadang Irham, Pelatih, Pengasuh, THL Bidang Layanan Kepemudaan dan anggota Paskibraka.

"Mereka kami ajak wisata sejarah Kota Pekanbaru diantaranya di Makam Pendiri Kota Pekanbaru Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Marhum Pekan) sebagai Panglima Besar Pendiri Kota Pekanbaru yang terletak di Komplek Mesjid Raya Nur Alam Jl. Senapelan Kelurahan Kampung Bandar Kecamatan Senapelan dan Prasasti Bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan yang terletak di RTH Tunjuk Ajar Integritas Jl. Ahmad Yani Pekanbaru. Kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas jasa almarhum serta mengenal kembali sejarah perjalanan para pendiri kota Pekanbaru yang telah berjasa terhadap berdirinya kota Pekanbaru yang telah berkembang pesat hingga saat ini," terangnya.

Dalam kesempatan tersebut Komunitas Jejak Sejarah Pariwisata Dadang Irham memberikan penjelasan sejarah panjang tentang makam Marhum Pekan. Dimana, pada masa dahulu, Pekanbaru hanya sebuah dusun kecil yang dikenal dengan sebutan Dusun Senapelan, yang dikepalai oleh seorang batin (kepala dusun).

Dalam perkembangannya Dusun Senapelan berpindah ketempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki, yang terletak di tepi muara Sungai Siak. Perkembangan Dusun Senapelan ini erat kaitannya dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura.

"Pada masa itu, Raja Siak Sri Indrapura yang keempat, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, bergelar Tengku Alam (1762 – 1765 M) menetap di Senapelan yang kemudian membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan Dusun Senapelan (disekitar masjid raya pekanbaru sekarang)," terangnya.

 

Tidak berapa lama menetap disana, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah kemudian membangun sebuah pekan (pasar) di Senapelan, tetapi pekan itu tidak berkembang. Usaha yang telah dirintisnya tersebut, kemudian dilanjutkan oleh putranya, Raja Muda Muhammad Ali ditempat baru yaitu disekitar Pelabuhan sekarang. Selanjutnya pada Hari Selasa tanggal 21 Rajab 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M, berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar dan Kampar), Negeri Senapelan diganti namanya menjadi Pekan Baharu.

"Sejak saat itu, setiap tanggal 23 Juni ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Pekanbaru. Mulai saat itu pula sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai popular dengan sebutan Pekan Baharu," ujarnya.

Usai melaksanakan ziarah ke makam Marhum Pekan, selanjutnya Tim dan anggota paskibra menuju Prasasti Pengibaran Bendera Merah Putih Pertama di Pekanbaru. Dadang Irham menjelaskan bahwa setelah Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu pada Perang Dunia 2 tanggal 14 Agustus 1945, berselang 3 hari kemudian tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 di hari Jumat merupakan sebuah hari dimana bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Berita kemerdekaan ini kemudian mulai menyebar ke penjuru wilayah di Indonesia termasuk di Kota Pekanbaru.

"Sejarah Prasasti Pengibaran Bendera Merah Putih Pertama di Pekanbaru “Setelah jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu di Perang Dunia 2 tanggal 14 Agustus 1945, berselang 3 hari kemudian tepatnya Hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945, sebuah hari dimana Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Berita kemerdekaan ini kemudian menyebar ke penjuru wilayah di Indonesia termasuk Kota Pekanbaru,"pungkasnya.

Berita tersebut baru sampai di pekanbaru oleh Ketua Pemuda PTT (pos telepon dan telegraf) Pekanbaru yaitu Basrul Jamal pada tanggal 22 Agustus 1945 sedangkan yang mendengar pertama kali adalah Saari dan Azwar Apin, 2 orang pegawai PTT, akan teapi ia belum bisa menyampaikan berita proklamasi tersebut dikarenakan Pekanbaru masih dikuasai oleh Jepang. Keterlambatan berita proklamasi ini disebabkan keterbatasan sarana informasi dan komunikasi pada saat itu.

Pada tanggal 30 Agustus 1945 pemuda pejuang Riau yang tergabung dalam angkatan muda PTT Pekanbaru mulai menyebarluaskan berita mengenai proklamasi kemerdekaan Indonesia pada khalayak umum. Setelah menyampaikan berita tersebut Basrul Jamal memutuskan untuk mengibarkan bendera merah putih di Gedung PTT Pekanbaru pada tanggal 31 Agustus 1945. Pengibaran pada tanggal 31 Agustus 1945 hanya bertahan sampai jam 10.00 pagi, lalu diturunkan oleh Jepang barulah pada tanggal 15 September 1945 pada hari jum’at jam 14.00, bendera merah putih dikibarkan dan diiringi lagu Indonesia Raya dibawah ancaman serdadu jepang.

"Prasasti Batu Hitam tersebut diresmikan oleh Gubernur Riau H.R Soebrantas Siswanto pada tanggal 10 November 1978. Dan obyek peninggalan sejarah ini telah menjadi cagar budaya Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta dilindungi oleh Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang “Cagar Budaya” dan Keputusan Walikota Pekanbaru nomor 710 Tahun 2018,"tutupnya.

Berita Lainnya

Index