Vladimir Putin Kembali Menang Pilpres Rusia, Raih 88 Persen Suara

Vladimir Putin Kembali Menang Pilpres Rusia, Raih 88 Persen Suara

MOSKOW - Petahana Presiden Rusia Vladimir Putin telah memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Rusia dengan 87,97 persen suara. Data ini berdasarkan hasil resmi pertama yang ditunjukkan pada Ahad (17/3/2024) setelah pemungutan suara ditutup.

Angka perolehan ini semakin memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan meskipun ribuan penentangnya melakukan protes siang hari di tempat pemungutan suara dan Amerika Serikat (AS) mengatakan pemilu tersebut tidak bebas dan tidak adil.

Hasil awal ini berarti Putin, yang berusia 71 tahun, akan dengan mudah mendapatkan masa jabatan enam tahun baru yang memungkinkannya menyalip Josef Stalin dan menjadi pemimpin terlama di Rusia selama lebih dari 200 tahun.

Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga jajak pendapat Public Opinion Foundation (FOM), Putin meraih 87,8% suara, hasil tertinggi dalam sejarah Rusia pasca-Soviet.

Adapun Pusat Penelitian Opini Publik Rusia (VCIOM) menempatkan Putin pada 87 persen. Hasil resmi pertama menunjukkan bahwa jajak pendapat tersebut akurat.

Kandidat komunis Nikolai Kharitonov berada di urutan kedua dengan hanya di bawah 4 persen, pendatang baru Vladislav Davankov di urutan ketiga, dan ultra-nasionalis Leonid Slutsky di urutan keempat, berdasarkan hasil yang diperoleh.

Pejabat pemilu mengatakan tingkat partisipasi pemilih secara nasional adalah 74,22 persen pada pukul 18.00 GMT ketika pemungutan suara ditutup, melampaui tingkat tahun 2018 sebesar 67,5 persen.

Bagi Putin, mantan letnan kolonel KGB yang pertama kali naik ke tampuk kekuasaan pada 1999, hasil ini dimaksudkan untuk menggarisbawahi kepada Barat bahwa para pemimpinnya harus memperhitungkan keberanian Rusia, baik dalam perang atau damai, selama bertahun-tahun yang akan datang.

Pemilu ini diadakan dua tahun setelah Putin memicu konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua dengan memerintahkan invasi ke Ukraina. Dia menyebutnya sebagai operasi militer khusus.

Perang telah berlangsung selama tiga hari pemilu. Ukraina telah berulang kali menyerang kilang minyak di Rusia, menembaki wilayah-wilayah Rusia dan berusaha menembus perbatasan Rusia dengan pasukan proksi, sebuah tindakan yang menurut Putin tidak akan dibiarkan begitu saja.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada Ahad (17/3/2024) bahwa Putin ingin memerintah selamanya. "Tidak ada legitimasi dalam pemilu tiruan ini dan tidak mungkin ada. Orang ini harus diadili di Den Haag. Itu yang harus kita pastikan,” terangnya.

Barat menyebut Putin sebagai seorang otokrat dan pembunuh. Presiden Amerika Serikat (AS) AS Joe Biden bulan lalu menjulukinya sebagai "SOB gila". Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag telah mendakwa dia atas dugaan kejahatan perang berupa penculikan anak-anak Ukraina, namun hal ini dibantah oleh Kremlin.

Berita Lainnya

Index