Saham Wall Street Roboh Tersapu Harga Minyak Dunia

Saham Wall Street Roboh Tersapu Harga Minyak Dunia
Saham Wallstreet rontok

CELOTEH RIAU.COM--- Bursa Saham  Amerika Serikat (AS) terpuruk pada perdagangan Selasa (21/4) waktu setempat. Terpantau, indeks saham utama Wall Street turun tajam dipicu aksi jual di pasar minyak  sehari sebelumnya. Aksi jual itu turut mengguncang investor di pasar ekuitas.

Mengutip Antara, Rabu (22/4), Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 631,56 poin atau 2,67 persen menjadi 23.018,88. Lalu, S&P; 500 turun 86,6 poin atau 3,07 persen ke level 2.736,56. Sedangkan, Nasdaq melemah 297,5 poin atau 3,48 persen jadi 8.223,23.

Sebanyak 11 sektor utama S&P; 500 kompak merosot, di mana sektor teknologi memimpin pelemahan sebesar 4,1 persen.

Sebelumnya, minyak WTI untuk pengiriman Mei menyentuh posisi minus US$37,63 per barel, pertama kalinya dalam sejarah, pada Senin (20/4). Saat ini, minyak WTI untuk pengiriman Mei balik arah (rebound) ke US$10,01 ped barel.

Usai jatuh, harga minyak berjangka terus melanjutkan pelemahan pada perdagangan selanjutnya. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni anjlok 24 persen ke posisi US$19,33 per barel yang merupakan posisi terendah sejak Februari 2002.

Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni jatuh US$8,86 atau 43 persen ke US$11,57 per barel

Jatuhnya harga minyak mentah global disebabkan banjir pasokan karena melemahnya permintaan pasar akibat pandemi virus corona. Kondisi tersebut membuat kepanikan di pasar karena permintaan merosot tajam hingga 30 persen secara global.

Ironisnya, persediaan minyak meningkat selama berminggu-minggu setelah Arab Saudi dan Rusia gagal mencapai kesepakatan pengurangan produksi pada awal Maret.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia, akhirnya mengumumkan pengurangan produksi pada awal April.

Pemangkasan produksi hampir 10 persen dari pasokan global. Sayangnya, kondisi ekonomi yang hampir macet karena kebijakan lockdown tidak cukup untuk mengimbangi penurunan permintaan.

Baik Arab Saudi maupun Rusia mengatakan mereka siap untuk mengambil langkah-langkah tambahan guna menstabilkan pasar minyak bersama dengan produsen lain. Namun, hingga saat ini keduanya belum mengambil tindakan.

"Matematikanya cukup sederhana. Produksi minyak saat ini sekitar 90 juta barel per hari, tetapi permintaan hanya 75 juta barel per hari," kata Kepala Investasi dan Kepala Manajemen Kekayaan Global di IDB Bank, Gregory Leo.

Berita Lainnya

Index