Mengenal Lebih Dekat IEA Komunitas Sang Penyelamat Nyawa

Mengenal Lebih Dekat IEA Komunitas Sang  Penyelamat Nyawa
celotehriau.com/yudiwaldi

SELAIN mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) yang berhak mendapat prioritas kelancaran laju kendaraan. Ambulance juga bagian penting dari pemilik hak itu untuk sampai tujuan, baik ke Rumah Sakit atau ke rumah duka penumpangnya tepat waktu. Tanpa sadar, sering kita abaikan hak mereka (Ambulance dan Damkar) di jalanan.

Padahal, Ambulance bekerja demi menyelamatkan nyawa manusia. Jika telat sedetik saja, penumpang ambulance yang sekarat bisa tewas tak tersentuh pelayanan kesehatan. Belakangan, masyarakat pengguna jalan belum banyak yang memahami akan tugas dan tanggungjawab sopir ambulance dalam menyelamatkan nyawa manusia.

Mereka yang sadar, di sejumlah daerah di Indonesia sampai membentuk wadah komunitas pendamping ambulance di jalanan. Komunitas ini rutin melakukan iring-iringan kendaran mengawal ambulance supaya bisa segera sampai Rumah Sakit atau rumah duka. Komunitas ini mereka patenkan sebagai Indonesia Escorting Ambulance (IEA).

Di Labuhanbatu sendiri, wadah ini sudah terbentuk. Tak hanya mengawal iring-iringan laju ambulance. Mereka juga kerab melakukan kegiatan positif demi sesama. 
Sering memberikan bantuan dikala ada bencana alam, kecelakaan, kebakaran atau bencana lainnya.

Meskipun tugas pokoknya membantu polisi mengurai kemacetan arus lalulintas ketika ambulance membawa pasien. Tetapi IEA juga sering mendapat cacian pengguna jalan yang terganggu sejenak karena keegoisannya tak rela disalip ambulance yang sedang urgent.

Relawan IEA juga sering mangkal di sejumlah Rumah Sakit. Tujuannya mencari keluarga pasien yang membutuhkan jasa ambulance dan pengawalan ketika pasien harus segera di bawa ke rumah duka. Ya.. Misinya saja sosial kemanusian. Jangan bicara gaji. Bisa buat isi Bahan Bakar Minyak (BBM) ambulance dan kendaraan pengawalan saja mereka bersyukur. Bagi mereka, yang terpenting bisa berbuat disaat keluarga pasien atau keluarga duka dirundung kesedihan.

Di Labuhanbatu, IEA di bawah binaan Fauzi. Fauzi bukanlah berlatar belakang ekonomi mapan. Dirinya hanya sebagai karyawan di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Kecintaan Fauzi akan ambulance berawal dari diberinya kepercayaan oleh pemilik SPBU untuk mengurus mobil ambulance yang mangkrak akibat rusak berkepanjangan.

Dengan diberinya kepercayaan mengurus mobil ambulance milik perusahaan tempatnya bekerja, membuat Fauzi sadar pentingnya hidup berbagi meski tak memiliki banyak kelebihan terutama ekonomi. Pria paruh baya inipun walau diberi tanggungjawab mengurus ambulance tak lantas meninggalkan pekerjaan wajibnya sebagai karyawan SPBU di tempatnya bekerja.

Ditambah lagi, yang mendorong minat  Fauzi membina IEA Labuhanbatu karena dituntut keikhlasan dalam berbuat demi keselamatan nyawa manusia demi sesama. "Kami tidak menginginkan imbalan. Yang kami inginkan pasien selamat sampai tujuan. Karena satu detik saja sangat berharga buat pasien yang sedang dan segera membutuhkan pertolongan medis," tutur Fauzi mengawali perbincangan sembari istirahat dijam kerja.

Di balik misi sosialnya, Fauzi tak mempersoalkan masyarakat mendahulukan laju kendaraan iring-iringan pejabat yang melintas. Karena, selain ambulance dan Damkar, mobil pejabat yang menggunakan sirene juga memiliki hak prioritas di jalan. "Melalaui IEA, kami gugah kesadaran masyarakat pengguna jalan tolong menepi sejenak ketika ambulance melaju karena di dalam mobil itu ada hak pasien yang harus disegerakan mendapat pertolongan medis. Untuk itulah kami bentuk relawan IEA tanpa mengharap imbalan," terangnya.

Namun demikian, Fauzi juga mengucapkan rerima kasih dan perminta maafnya kepada pengguna jalan lainnya. "Kami juga sadar telah membuat seluruh pengguna jalan terganggu pada saat ambulance melintas dan sedang dalam pengawalan dari tiem IEA. Bagi kami, berbuat tanpa berharap adalah bagian penting dalam hidup," sambung Fauzi merincihkan misi IEA.

Sebagai relawan pengawalan kendaraan perioritas seperti ambulance, IEA bertujuan membantu membukakan jalan agar kendaraan lain bisa menepi seketika ada kendaraan ambulance yang sedang melintas mengarah ke Rumah Sakit. "Banyak yang bertanya, apakah relawan ambulance itu digaji?. Iya memang kami digaji, layaknya gaji pokok. Tapi gaji kami tidak bisa diambil tiap bulan. Lalu kapan gaji itu bisa diambil. Gaji kami bisa diambil ketika kami sudah di akhirat nanti," pengabdian yang luar biasa.

Fauzi menjelaskan, bagi siapa saja warga Labuhanbatu yang ingin menggunakan jasa ambulance dan pengawalan, dirinya siap memberikan pelayanan 24 jam. "Silahkan hubungi kami kapanpun. Ambulance kami mangkal kalau tak di RSUD Rantau Prapat, juga ada di SPBU Bulu Cina, Rantau Selatan," pesannya. (NG)

#nasional

Index

Berita Lainnya

Index