Kenaikan Harga Beras Picu Inflasi di Riau

Kenaikan Harga Beras Picu Inflasi di Riau
Ilustrasi

PEKANBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat inflasi sebesar 0,59% bulan Februari 2024 terhadap bulan Januari 2024. Inflasi year on year Provinsi Riau pada bulan Februari 2024 terhadap bulan Februari 2023 sebesar 2,86% dan inflasi tahun kalender (Februari 2024 terhadap Desember 2023) mencapai 0,70%.

"Pada Februari 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Riau sebesar 2,86 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,40," ujar Kepala BPS Provinsi Riau, Asep Riyadi, Minggu (3/3/2024).

Ia mengatakan adapun tingkat inflasi antar kota tertinggi di Provinsi Riau ditempati Kabupaten Kampar dan terendah di Tembilahan.

"Inflasi year on year di Tembilahan 1,76% dan dan bulan ke bulan mencapai 0,27%. Sementara untuk Kabupaten Kampar inflasi year on year mencapai 4,53% dan inflasi bulan ke bulan 0,76%," Cakapnya.

Ia menjelaskan Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,23 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 3,97 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,89 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,38 persen.

Selanjutnya kelompok transportasi sebesar 2,31 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,36 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,25 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,47 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,39 persen, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,35 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,18 persen.

"Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Februari 2024, antara lain beras, Sigaret Kretek Mesin (SKM), cabai merah, nasi dengan lauk, bawang putih, telur ayam ras, emas perhiasan, mobil, ayam hidup, angkutan udara, Sigaret Putih Mesin (SPM), ketupat/lontong sayur, daging ayam ras, Sigaret Kretek Tangan (SKT), pisang, gula pasir, cabai rawit, kentang, bakso siap santap, terong, dan tomat," ungkapnya.

Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain: ikan serai, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, udang basah, tahu mentah, ikan nila, sabun mandi cair, ikan asin teri, bahan bakar rumah tangga, petai, dan ikan kembung, minyak goreng, shampo, ikan baung, cumi-cumi, air kemasan, pir, ikan patin, sabun cair/cuci piring, celana panjang jeans pria, dan sabun detergen bubuk .

Sementara komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m pada Februari 2024, antara lain cabai merah, cabai rawit, nasi dengan lauk, beras, ayam hidup, kentang, angkutan udara, daging ayam ras, bawang putih, terong, minyak goreng, cabai hijau, ikan lele, jengkol, buncis, bakso siap santap, tarif kendaraan travel, mobil, dan ikan serai.

"Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m, antara lain: ikan tongkol/ikan ambu-ambu, bawang merah, telur ayam ras, bayam, tomat, wortel, kangkung, sawi putih, sawi hijau, kol putih/kubis, emas perhiasan, udang basah, ikan teri, ikan kembung, tahu mentah, dan daun bawang," Cakapnya.

Pada Februari 2024, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,65 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,40 persen; kelompok transportasi sebesar 0,30 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,20 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,14 persen.

"Selanjutnya kkelompok pendidikan sebesar 0,06 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,04 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing sebesar 0,02 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,01 persen," pungkasnya.

Berita Lainnya

Index