AHY Pidato soal Perubahan, Demokrat Dinilai Galau dengan Posisi Politik

AHY Pidato soal Perubahan, Demokrat Dinilai Galau dengan Posisi Politik

JAKARTA - Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan partainya tetap memperjuangkan perubahan dan perbaikan seraya melanjutkan hal yang baik. Pengamat memberikan analisis terkait pidato AHY itu.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai pidato AHY itu terlihat menimbulkan kegalauan, utamanya terkait posisi politik Demokrat.

"Pidato yang terlihat galau. Terutama dari positioning politik Demokrat. Satu sisi Demokrat hati dan pikirannya penuh dengan semangat perubahan, selalu mengambil jarak berseberangan dengan Jokowi, tapi sisi lainnya Demokrat harus berkompromi dengan realitas politik mendukung Prabowo-Gibran yang notabenenya adalah replika politik Jokowi," kata Adi kepada wartawan, Sabtu (13/1/2024).

Menurut Adi, Demokrat juga rumit memposisikan diri secara politik. Sebab, kata dia, basis Partai Demokrat adalah yang menyuarakan perubahan dan kritis terhadap pemerintahan Jokowi.

"Tak heran kalau kemudian pidato AHY masih menggaungkan perubahan dan perbaikan. Karena rumit memposisikan diri secara politik. Kalau mau jujur, basis konstituen Demokrat adalah mereka yang sangat vokal kritis ke Jokowi, tapi apa hendak dikata Demokrat mendukung capres-cawapres yang juga jagoan Jokowi," tutur dia.

Lebih lanjut, Adi menilai dukungan ke Prabowo-Gibran akan berpengaruh terhadap elektoral Partai Demokrat. Menurutnya, pidato AHY soal perubahan itu untuk mendapatkan dukungan politik dari pemilihnya.

"Sepertinya begitu, sedikit banyak berpengaruh ke Demokrat. Pertama Demokrat kesulitan mencari posisi politik karena basis konstituennya justru pro-perubahan. Sementara capres yang diusung Demokrat pro-keberlanjutan. Rumit bukan? Tapi pidato AHY harus dimaknai sebagai upaya menciptakan momentum agar Demokrat tetap mendapat dukung politik dari pemilihnya," katanya.

Dalam pidato itu, AHY juga menyinggung soal kenaikan gaji TNI-Polri sebanyak 9 kali. Adi menilai poin tersebut diungkapkan AHY demi Demokrat mendapatkan suara di Pemilu 2024.

"Wajar kalau dalam pidatonya AHY menyebut SBY (ibarat) Kresna, kesejahteraan TNI/Polri bagus naik 9 kali, kenaikan gaji ASN, dan seterusnya. Itu positioning politik bahwa di era SBY kesejahteraan politik ASN, TNI, Polri jauh lebih bagus dari rezim sekarang. Tapi itu tadi, saat ini Demokrat harus kompromi dengan capres yang diusung Jokowi," katanya.

Menurut Adi, Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran tidak banyak bereaksi atas pidato AHY yang menyinggung perubahan ini. Adi kemudian mengartikan pidato AHY ini dengan pertemuan Jokowi dengan pimpinan parpol pendukung Prabowo-Gibran sebelum debat ketiga minggu lalu.

"Sepertinya TKN tak bakal bereaksi, karena tak eksplisit ke mana arah maksud pidato AHY itu. Namun, bisa jadi pertanyaan juga, jangan-jangan pidato AHY itu dilakukan karena tak diajak bicara Jokowi sebelum debat ketiga di mana Jokowi hanya maraton bertemu dengan Prabowo, Airlangga, dan Zulhas. Dan tidak ada pertemuan dengan AHY," katanya.

Menurut Adi, pidato AHY seperti sikap 'mendua' Demokrat. Seperti apa penjelasannya?

"Makanya pidato AHY ini terlihat mendua. Satu sisi tetap usung perubahan untuk menjaga basis konstituen Demokrat, namun sisi lainnya tetap ada perbaikan untuk melanjutkan semua hal yang baik di era Jokowi sebagai pesan bahwa Demokrat juga bersama Jokowi melalui dukungan ke Prabowo-Gibran," katanya.

Sebelumnya, AHY dalam pidatonya mengatakan bahwa menerima pertanyaan dari masyarakat saat berkunjung ke beragam daerah. Menurutnya, masyarakat bertanya apakah Demokrat masih tetap memperjuangkan agenda perubahan dan perbaikan usai mendukung calon presiden Prabowo Subianto.

"Muncul pertanyaan dari masyarakat, apakah Demokrat masih bisa memperjuangkan agenda perubahan dan perbaikan. Seraya melanjutkan yang sudah baik. Sementara tidak ada kader Demokrat yang menjadi calon presiden dan calon wakil presiden," kata AYH, dalam pidatonya, Jumat (12/1).

AHY menyatakan bahwa agenda perubahan dan perbaikan masih dilakukan meski Demokrat saat ini berkoalisi dengan partai pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia pun menyinggung semua koalisi capres ada partai pendukung pemerintah Jokowi.

"Jawabannya tetap bisa dilaksanakan, karena faktanya, hampir di semua koalisi ada unsur pemerintahan, dan unsur di luar pemerintahan, artinya posisi kita sama saja," ucapnya.

AHY menekankan bahwa dia telah bicara dengan Prabowo Subianto capres yang diusungnya, soal agenda perubahan dan perbaikan itu. Prabowo kata AHY, telah bersepakat mewadahi aspirasi dari PD tersebut.

"Pada prinsipnya Bapak Prabowo mewadahi pemikiran Partai Demokrat untuk melakukan agenda perubahan dan perbaikan seraya melanjutkan yang hal-hal yang telah baik," lanjut AHY.

Berita Lainnya

Index